Day care atau nanny?

No photo description available.

“Lebih penting ngerjain yang mana dulu antara nyuci baju, nyapu, ngepel dan beres-beres rumah, nyuci steril botol susu, pompa, atau mandi sekalian cuci rambut karena badan udah berasa lengket basah dan bau susu?” Baru juga mikir buat nentuin prioritas yang mana yang harus dikerjakan lebih dulu, eh anaknya sudah keburu bangun lagi. Yang artinya mari kita lupakan sederet daftar pekerjaan di atas dan kembali fokus pada anak kita. Betul begitu ibi-ibu?

Ya kira-kira begitulah problema ibu baru yang masih menjaga anak tanpa bantuan nanny atau pengasuh. Jadi selama cuti melahirkan, kebetulan saya dan suami memang pegang sendiri, meskipun sesekali dibantu oleh siapapun orang rumah yang available dan berbaik hati mau bergantian menjaga Maika.

Kalo dipikir-pikir ternyata teman-teman kantor dan ibu-ibu lainnya yang mengurus anaknya sendiri tanpa bantuan orang lain itu bener-bener hebat yah. Bener-bener tangguh! Percaya atau tidak, meskipun seharian ada di rumah tapi to-do-list yang harus dikerjakan mengalahkan to-do-list level manager di kantor kayanya. Hahaa

Kembali kepada soal pilihan menitipkan anak kepada pengasuh atau di tempat day care, yang mana yang lebih baik? Sebenarnya menjawab pertanyaan tersebut sudah saya pikirkan dari masih hamil. Saya sudah banyak berdiskusi dengan taman-teman di kantor yang lebih dulu memiliki anak dan berpengalaman dengan masalah tersebut.

Ada yang menggunakan bantuan pengasuh ada juga yang lebih percaya jika anaknya dititipkan di tempat penitipan anak atau day care karena dikelola oleh orang-orang yang sudah terlatih. Menurut saya sebenarnya itu sangat tergantung dengan kebutuhan setiap orang. Setiap orang tua pasti punya pilihan dengann pertimbangan terbaiknya. Lalu saya pilih yang mana?

Perkara memilih pengasuh anak ini memang gampang-gampang sulit. Sebenarnya di awal-awal sempet berpikir untuk menitipkan Maika ke tempat penitipan anak. Tapi setelah dipikir-pikir lagi dan sudah merasakan kehadiran Maika selama 2 bulan ini, kami jadi merasa perlu bantuan orang ketiga di dalam rumah yang bisa dipercaya dan diandalkan untuk menjaga Maika. Akhirnya saya dan suami sepakat untuk menggunakan bantuan nanny atau baby sitter yang sudah berpengalaman dan memiliki pengetahuan dalam merawat dan menjaga bayi.

Menurut saya berikut adalah keuntungan dan kekurangan menitipkan anak pada pengasuh di rumah atau dititipkan di day care:

Nanny :

Keuntungan : karena tinggal di rumah yang sama jadi bisa stand by untuk diminta bantuan 24 jam dalam sehari, bisa dengan leluasa mengajarkan nanny sesuai arahan kita dengan kata lain peraturan dan kontrol ada di tangan kita.

Kekurangan : Karena ada nanny kita jadi keenakan dan malas. Jangan sampai anak kita lebih dekat dengan orang lain dibandingkan dengan kita. Kemungkinan terjadinya drama dan konflik lebih bessar karena tinggal dalam satu rumah. Sebisa mungkin pilih pengasuh yang sabar dan menyukai pekerjaannya.

Day care :

Keuntungan : peraturan dan sistem sudah ada, jadi siapapun yang menjaga sudah diedukasi dengan baik. Lebih praktis dan tidak perlu terikat secara emosional. Tidak ada drama pengasuh yang tidak perlu, karena tidak ada ikatan emosional baik antara anak dengan pengasuh maupun orang tua dengan pengasuh.

Kekurangan : Karena di tempat penitipan 1 orang pengasuh bisa memegang beberapa anak, jadi fokusnya terbagi bukan hanya kepada anak kita. Kontaminasi penyakit seperti flu dan batuk lebih tinggi karena jika 1 anak sakit, sangat mungkin untuk menularkannya kepada anak-anak lain.

Masing-masing memang ada plus dan minusnya, pada akhirnya yang manapun pilihannya dikembalikan lagi dengan kenyamanan kita sebagai orang tua. Karena harapan setiap orang tua manapun adalah memberikan yang terbaik buat anak kita bukan?

Berbicara soal nanny, kami pernah punya pengalaman kurang menyenangkan sekaligus lucu. Ceritanya saya dan suami meminta bantuan penyalur dari daerah yang direkomendasikan oleh teman untuk mencari calon pengasuh dengan kriteria; sudah punya pengalaman merawat bayi (anak sendiri atau anak orang lain), wanita usia maksimal 40 tahun (supaya masih kuat gendong-gendong), dan bisa diajak pergi-pergi kalau weekend.

Setelah 3 mingguan menunggu kami diberi kabar bahwa si calon pengasih akan diantar ke rumah munggu depan. Setelah tiba di rumah 2 hari kami merasa ada yang aneh dan tidak beres dengan si pengasuh. Empat hari kemudian akhirnya kami menghubungi penyalur dan meminta untuk menjemputnya. Kenapa? tanpa mengurangi rasa hormat kepada para ART dan pengasuh lainnya, yang ini alasannya memang agak konyol sih.

Ternyata si calon pengasuh tidak bisa berbahasa Indonesia. Pantas saja di awal kami merasa ada yang aneh, ketika 2 hari pertama kami coba ajak ngobrol dan berkomunikasi, responnya cuma berupa anggukan dan gumaman.  Masalah berikutnya adalah ternyata si calon pengasuh tidak bisa menggendong bayi karena pernah kecelakaan motor dan masih trauma cidera pada bagian lengannya. Bisa dibayangkan bagaimana punya pengasuh bayi yang tidak bisa menggendong bayi?

Belajar dari pengalaman tersebut akhirnya saya dan suami mantap memutuskan untuk mengunakan pengasuh yang sudah berpengalaman dengan seleksi yang jelas. Karena selama kami bekerja (total lebih dari 8 jam dalam sehari) anak kami akan bersama pengasuhnya, maka saya dan suami bertanggung jawab memberikan pengasuh yang baik dan bisa diteladani.

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *