Tukang bakso naik kelas

Alkisah, ceritanya suatu hari saya makan bakso di warung bakso milik teman. Iyah, saya memang doyan banget makanan yang berkuah terutama bakso. Salah satu bakso favorit saya di Jakarta adalah Bakso Solo Samrat dan bakso rusuk Samanhudi. Buat yang sudah penah makan kedua bakso tersebut pasti tahu tempatnya selalu ramai sepanjang hari bahkan sering kehabisan.

Suwer, baksonya enak banget sampai gak rela cuma makan semangkuk. Kemana saja coba selama ini baru tahu ada bakso seenak ini. Setelah kenyang, iseng saya sapa dan ajak ngobrol teman saya yang punya warung. Dia cerita kalau baksonya memang dibikin dari bahan-bahan pilihan. Daging sapi kualitas terbaik yang diolah dengan bersih dan teknik yang tepat, bumbu-bumbu dan sayur pilihan yang masih segar. Tanpa bahan pengawet apalagi MSG, terbukti sudah lolos uji oleh badan pengawas makanan. Gila, makin takjub dong!

Singkat cerita sesampainya di rumah kemudian di kantor saya cerita soal pengalaman makan bakso tadi. Ada teman yang penasaran dan akhirnya datang ke warung bakso untuk mencicipinya. Itupun saya tahunya dari update Instagram Story-nya. Haha.

Bulan depannya pas weekend saya datang lagi ke warung bakso itu bareng keluarga, 5 orang. Pas lagi heboh makan teman saya lewat, dia menyapa singkat dan cerita kalau minggu lalu dan minggu lalunya lagi ada 20 orangan lebih yang datang ke warungnya dan bilang tahu dari saya, temen saya, dan temennya temen saya yang mungkin saya juga gak kenal. Syukur deh.. ternyata yang lain juga pada suka, ucap saya senang.

Pas lagi bayar, saya kaget. Masa  makan berlima harganya cuma segini. Ternyata kata kasirnya saya dapat diskon 50 % atas perintah bosnya, belum lagi saya dikasih 2 bungkus bakso buat dibawa pulang, gratis. Katanya sebagai ucapan terima kasih. Langsung saya hampiri dia dan bilang terima kasih karena sudah dikasih banyak bonus. Dalam hati agak gak enak juga sih, tapi masa saya tolak.

Eh tau gak dia malah bilang apa? Dia malah minta nomor rekening saya, katanya ada uang komisi yang belum dikasih ke saya. Lah ya saya heran komisi apaan orang saya tidak merasa melakukan apa-apa. Akhirnya diapun bercerita soal usahanya yang bikin dia jadi orang sukses. Tukang bakso naik kelas, melebihi kesuksesan cerita sinetron tukang bubur naik haji yes? Haha.

Jadi menurut dia itu model bisnis yang diterapkan di warung baksonya sampai bisa buka cabang-cabang baru di luar Jakarta. Anggap saja cost marketing dan promosi katanya, dan itu berlaku buat semua pengunjung lain juga. Ternyata model bisnis yang diterapkannya itu yang bikin pelanggannya tambah banyak dan usahanya berkembang pesat.

Nah.. sejauh ini apakah menurut teman-teman ada praktek bisnis yang salah yg dijalankan sama teman saya tersebut?

Lalu menurut teman-teman apa yang selanjutnya akan saya lakukan? Berhenti cerita soal warung bakso tadi atau malah makin semangat buat cerita ke teman-teman lainnya?

—————————————————————————————————

Sesungguhnya cerita di atas adalah fiksi belaka. Bukan tidak mungkin, tapi kurang tahu kalo benar-benar ada yang menjalankan bisnisnya. Cerita di atas adalah ilustrasi sederhana yang bisa saya cerna dan paling masuk akal bagi saya buat menggambarkan model bisnis MLM yang pernah saya cibir sebelumnya dikarenakan kekurangtahuan saya.

Jika ada teman-teman yang bertanya, lalu kenapa sekarang saya mau bergabung bisnis MLM? Karena saya mencari tahu dan belajar plus-minusnya, sehingga saya bisa memilih dan membedakan mana yang termasuk bisnis MLM murni dan bisnis abal-abal yang menerapkan skema jaringan alias MLM bodong.

Mulanya sayapun setengah hati, berusaha mencerna dan berperang dengan ego sendiri. Kemudian menjalankan dengan modal nothing to lose, yang penting enjoy di prosesnya. Yang jelas, keputusan saya untuk memulai bisnis MLM bukanlah sebuah keputusan yang impulsif. Butuh bermalam-malam penuh perenungan karena bukan sekedar mengejar materi buat diri sendiri, tapi soal integritas dan memberdayakan diri untuk orang-orang yang saya sayangi.

Paling tidak, saya sudah berusaha dan berani memulai. Anggap saja menyicil untuk investasi masa depan anak dan jaminan kebebasan finansial setelah pensiun. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi setelah kita pensiun dan tidak produktif lagi, jangan sampai malah menjadi beban buat anak-anak. Feel free kalo ada teman-teman yang mau berbagi pengalamannya soal bisnis MLM atau model usaha lainnya buat investasi masa depan ya 🙂

 

PS : Bisnis MLM apa yang sebenarnya saya pilih dan kenapa, akan saya ceritakan dalam tulisan selanjutnya.

 

One Comments

  • Sofyana Bellaa

    May 3, 2018

    Tips apa saja agar kita bisa bersabar dalam menjalani segala sesuatuanya?

    Reply

Leave a Reply