Memilih investasi pendidikan anak

Image may contain: one or more people

Setelah membuat hitungan untuk dana pendidikan anak, langkah berikutnya adalah memilih instrumen investasi yang tepat. Memilih instrumen investasi ini menjadi sangat penting karena menentukan apakah tujuan dana pendidikan bisa tercapai tepat waktu dan nominal.

Jika menghitung dana pendidikan bisa diimplementasi dengan menggunakan template rumus future value yang ada, sayangnya untuk memilih instrumen investasi tidak ada jalur shortcut. Karena berhubungan dengan pengetahuan dan membangun aset portfolio, yang mana harus dilakukan sendiri atau dengan bantuan profesional.

Saya dan suami menggunakan bantuan profesional di awal. Supaya tidak salah langkah dan paham konsep investasi. Untuk eksekusinya bagi tugas antara saya dan suami disesuaikan dengan profil risiko dan kenyamanan masing-masing. Saya dengan profil risiko konservatif sedikit moderat lebih nyaman bermain di instrumen investasi reksadana, deposito, dan surat utang negara, sedangkan suami dengan profil risiko moderat cenderung agresif sudah mulai nyaman dengan saham.

Contoh pemilihan instrumen investasi untuk dana pendidikan

Berdasarkan pengalaman kami, sebelum memutuskan mau berinvestasi di mana, baik untuk tujuan dana pendidikan ataupun tujuan lainnya sebaiknya pahami dulu konsepnya. Untuk itu sebelum memulai berinvestasi ketahui dulu tujuan financialnya, jangka waktu yang dibutuhkan, kenali profil risiko dan diversifikasi produk.

Tentukan tujuan

Tujuan financial bisa apa saja. Misalnya persiapan menikah, ibadah haji, jalan-jalan ke luar negeri, termasuk dana pendidikan dan tujuan lainnya. Semakin spesifik tujuan keuangan akan semakin mudah menentukan instrumen investasi apa yang tepat nantinya. Misalnya tujuan dana pendidikan pada tabel di atas. Semakin rinci tujuan dengan nominal yang ingin dicapai untuk masing-masing tahapan sekolah semakin baik.

Tetapkan jangka waktu

Jangka waktu yang dimaksud adalah perkiraan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan keuangan yang sudah ditetapkan. Jangka waktu atau tempo menjadi penting karena setiap instrumen investasi memiliki tempo yang ideal masing-masing sesuai dengan karakteristik produknya. Untuk memudahkan, biasanya dibagi menjadi 3 kategori:

Pertama, tujuan jangka pendek. Biasanya untuk tujuan investasi dalam waktu 1-5 tahun.

Kedua, tujuan jangka menengah. Tujuan investasi untuk jangka waktu 6-10 tahun.

Ketiga, tujuan jangka panjang. Untuk tujuan investasi dengan jangka waktu di atas 10 tahun.

Ketahui profil risiko

Supaya akurat, untuk profil risiko saya copas dari halaman website Mandiri Investasi. Secara umum, terdapat tiga jenis kategori investor berdasarkan profil risikonya:

  • Konservatif
    Cenderung memilih instrumen investasi yang sangat aman dengan hasil yang sudah diketahui sebelumnya, misalnya deposito. Sedangkan untuk jenis instrumen berisiko seperti obligasi atau saham, dia hanya mengalokasikan sebagian kecil dari dana investasinya.
  • Moderat
    Cenderung berani mengambil risiko yang lebih besar, namun tetap berhati-hati dalam memilih jenis instrumen investasi, dan biasanya membatasi jumlah investasi pada instrumen berisiko.
  • Agresif
    Cenderung berani mengambil risiko yang lebih tinggi sehinga berani menempatkan sebagian besar dananya pada instrumen berisiko.

Demi kenyamanan selama berinvestasi, perlu dipastikan dulu kita termasuk investor dengan profil risiko yang mana. Konservatif, moderat, atau agresif? Percuma mengharapkan return tinggi dengan memilih saham sebagai instrumen investasi, tapi tiap hari tidak bisa tenang melihat grafik merah pada aplikasi sekuritas di ponsel. Ingat selalu high return akan selalu diikuti oleh high risk. Jika ada yang menawarkan return tinggi dalam jangka waktu singkat, maka perlu curiga apakah benar produknya dikeluarkan oleh lembaga resmi atau termasuk tim bodong?

Pahami produk dan diversifikasi

Mengutip nasihat dari Sang Master “Do not put all eggs in one basket.” Gampangnya adalah jangan cuma investasi di satu jenis produk atau instrumen investasi saja untuk membagi risiko. Yang mana jika point 1-3 di atas sudah dilakukan maka otomatis instrumen atau produk investasi yang dibutuhkan pun akan berbeda menyesuaikan dengan tujuan, jangka waktu dan profil resiko. Sebelum melakukan diversifikasi, pastikan kita paham dengan karakteristik produk yang akan diambil.

Jadi produk investasi mana yang tepat untuk dana pendidikan?

Jawabannya adalah bisa deposito, bisa reksadana (ada 4 jenis reksadana), bisa surat utang, saham, properti atau lainnya sesuai dengan jangka waktu waktu tujuan dan profil risiko masing-masing. Selama produk yang diambil dikeluarkan oleh lembaga resmi dan diawasi oleh OJK dan bukan asuransi harusnya aman. Kenapa saya menekankan selain asuransi, karena saya masih bertemu banyak orang yang mengambil produk asuransi dengan tujuan sebagai investasi dana pendidikan. Padahal itu salah kaprah. Ibaratnya orang butuh makan tapi yang dibeli minuman. Memang sama-sama bikin kenyang tapi bukan solusi yang tepat bukan?

Selanjutnya apa?

Setelah berbenah untuk investasi pendidikan, proteksi dan dana darurat adalah 2 hal yang tidak bisa dinego, karena merupakan benteng pertahanan pertama jika terjadi hal-hal di luar rencana. Satu hal yang kami pahami adalah, percuma kita menyiapkan dana pendidikan anak terlebih dulu jika proteksi dan dana darurat belum beres.

Kenapa? Jika terjadi hal-hal di luar rencana yang mengharuskan keluar biaya, maka yang akan diambil dana dari tabungan yang ada bukan? Meskipun itu diambil dari pos dana pendidikan anak. Artinya dana pendidikan rentan terpakai dan harus memulai lagi dari awal. Idealnya perencanaan dana pendidikan harus dibarengi dengan proteksi orang tua sebagai backup plan. Di sinilah peran penggunaan asuransi yang tepat.

Supaya tidak salah kaprah, pembahasan mengenai investasi pendidikan vs asuransi pendidikan akan saya coba uraikan dalam tulisan berikutnya. Setuju?

Leave a Reply